KEBERADAAN mutiara dibalik bukit
umpama mutu manikam yang dicari dan dikejar oleh semua partisipan olahraga
prestasi, namun sulit dicapai karena harus melalui bukit yang tinggi dan jalan
yang terjal. Begitulah barangkali perumpamaan pelaksanaan pembinaan atlet
olahraga prestasi di Tanah Air saat ini, karena seperangkat perundang-undangan
dan peraturan tahun 2007 terkait pembinaan dan penggodogan yang dilakukan oleh
KONI Pusat sebagai dewan pelaksana, yang didelegasikan kepada Satlak Prima UM,
tapi penyelanggaraan pertandingannya dilakukan oleh KOI.
Dalam masa kepengurusan KONI Pusat yang baru terdapat sejumlah kendala yang bisa menghambat proses pembinaan menjelang Olimpiade di London, Inggris. Di antaranya, peralatan tes laboratorium yang telah dimiliki KONI Pusat seperti ergocycle, treadmill, EKG, dan lainnya sejak tahun 2007 dialihkan ke tempat lain tanpa dokumen yang jelas. Akibatnya, pemeriksaan dilakukan pengetesannya di lembaga lain. Kedua, pemeriksaan doping yang belum baku dan memenuhi standar. Ini makin diperburuk dengan minim dan pengetahuan Pusat dan daerah tentang prosedur pemeriksaan doping. Bangunan yang tersedia di lapangan untuk tes doping belum steril dari khalayak ramai dan belum memenuhi standar bangunan yang seharusnya.
Selain itu, pengetahuan tentang batasan dan perbedaan antara olahraga prestasi dengan olahraga masyarakat atau rekreasi belum banyak diketahui oleh pelaku olahraga. Sehingga sistem pengetesan dan pembinaannya dalam rangka FIT (Frequency, Intensity, dan Time) waktu latihan masih belum baku. Surat Edaran Mendagri nomor 32 ke daerah-daerah masih menjadi perdebatan di Konida-Konida dan Dispora-Dispora karena keterbatasan pengetahuan di bidang tersebut, sehingga KONI Pusat perlu mengadakan penyuluhan atau penataran untuk menyamakan visi-misi, pengelolaan serta penyelenggarannya.
Kendala lain adalah dikeluarkan peraturan berdasarkan UU No. 3 tahun 2005 tentang olahraga yang menyebabkan terjadi pemisahan antara KONI dan KOI: Ini merupakan suatu kendala karena kesinambungannya di dalam pelaksanaan pertandingan dan sebelumnya proses latihan ditangani oleh institusi yang berbeda. Terputus-putusnya proses latihan terutama setelah event yang besar sehingga mengakibatkan terjadinya detraining/penurunan prestasi. Inilah yang digapai para Duta Bangsa kita di Olimpiade di London 2012 karena waktu persiapan sangat singkat. Keseluruhannya mengakibatkan pencapain prestasi yang optimal sulit diharapkan karena waktu yang singkat dan organisasi pelaksana pembinaan atlet berbeda dengan organisasi yang membawakan atlet ke medan pertandingan. Tulisan ini hanya merupakan sebuah ilusi pemikiran.
Dalam masa kepengurusan KONI Pusat yang baru terdapat sejumlah kendala yang bisa menghambat proses pembinaan menjelang Olimpiade di London, Inggris. Di antaranya, peralatan tes laboratorium yang telah dimiliki KONI Pusat seperti ergocycle, treadmill, EKG, dan lainnya sejak tahun 2007 dialihkan ke tempat lain tanpa dokumen yang jelas. Akibatnya, pemeriksaan dilakukan pengetesannya di lembaga lain. Kedua, pemeriksaan doping yang belum baku dan memenuhi standar. Ini makin diperburuk dengan minim dan pengetahuan Pusat dan daerah tentang prosedur pemeriksaan doping. Bangunan yang tersedia di lapangan untuk tes doping belum steril dari khalayak ramai dan belum memenuhi standar bangunan yang seharusnya.
Selain itu, pengetahuan tentang batasan dan perbedaan antara olahraga prestasi dengan olahraga masyarakat atau rekreasi belum banyak diketahui oleh pelaku olahraga. Sehingga sistem pengetesan dan pembinaannya dalam rangka FIT (Frequency, Intensity, dan Time) waktu latihan masih belum baku. Surat Edaran Mendagri nomor 32 ke daerah-daerah masih menjadi perdebatan di Konida-Konida dan Dispora-Dispora karena keterbatasan pengetahuan di bidang tersebut, sehingga KONI Pusat perlu mengadakan penyuluhan atau penataran untuk menyamakan visi-misi, pengelolaan serta penyelenggarannya.
Kendala lain adalah dikeluarkan peraturan berdasarkan UU No. 3 tahun 2005 tentang olahraga yang menyebabkan terjadi pemisahan antara KONI dan KOI: Ini merupakan suatu kendala karena kesinambungannya di dalam pelaksanaan pertandingan dan sebelumnya proses latihan ditangani oleh institusi yang berbeda. Terputus-putusnya proses latihan terutama setelah event yang besar sehingga mengakibatkan terjadinya detraining/penurunan prestasi. Inilah yang digapai para Duta Bangsa kita di Olimpiade di London 2012 karena waktu persiapan sangat singkat. Keseluruhannya mengakibatkan pencapain prestasi yang optimal sulit diharapkan karena waktu yang singkat dan organisasi pelaksana pembinaan atlet berbeda dengan organisasi yang membawakan atlet ke medan pertandingan. Tulisan ini hanya merupakan sebuah ilusi pemikiran.
Penulis
DR. Dr.Zainal
Abidin, Internist,DSM, Sp.GK,
(Ketua
Bidang Sport Science dan Iptek KONI Pusat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar