Kamis, 30 Agustus 2012

OLIMPIADE LONDON 2012-Sebuah renungan untuk perbaikan



OLAHRAGA telah terbukti mampu membangun karakter bangsa serta menjadi alat perekat demi semakin kokohnya persatuan dan kesatuan. Olahraga juga mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa. Karena keberhasilan atlet kita meraih medali emas pada kejuaraan olahraga di luar negeri pulalah, sang saka  Merah Putih dapat dikibarkan secara resmi di sana.

Olimpiade London 2012 usai sudah, dan hasilnya sebagaimana kita ketahui negara-negara adidaya masih bercokol mendominasi singgasana sebagai kampiun penyabet medali terbanyak. Sementara itu, keberhasilan yang mampu diraih oleh negara-negara dari kawasan regional Asia Tenggara, seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, masih sangat jauh dari kisaran sepuluh besar.  Negeri kita tercinta Indonesia yang notabene adalah pemegang supremasi gelar juara umum pada pesta olahraga SEA Games 2011 yang baru lalu, masih belum mampu berbuat banyak. Kita hanya kebagian 1 medali perak dan 1 perunggu dan  berada pada urutan ke-63 dunia, jauh di bawah prestasi tetangga kita Thailand yang berada di peringkat ke-57.

Dengan kondisi geografi dan demografi serta kekayaan yang melimpah, sebenarnya sangat tidak pantas bila dalam bidang olahraga, kita kalah bersaing dengan negara-negara lain, terutama negara-negara tetangga dekat kita satu kawasan. Sejak tahun 2000-an seiring dengan kemajuan luar biasa yang dicapai oleh Cina (termasuk prestasi olahraga), kita hanya bisa terkesima. Kita juga hanya bisa tercengah manakala para atlet Negara tetagga kita Thailand mampu mengungguli prestasi atlet kita, baik di Asian Games maupun Olimpiade.

Entah secara kebetulan atau tidak, selalu saja setiap kali kita melakukan persiapan penyelenggaraan olahraga seperti PON, SEA Games dan Olimpiade, selalu menuai permasalahan yang cukup menghebohkan.  Masih lekat  dalam ingatan kita betapa hingar bingar tuduhan yang dtujukan kepada panitia dan Pemda Sumsel dalam penyiapan penyelenggaraan Sea Games 2011, beruntung kita berhasil keluar sebagai juara umum. Setelah itu dalam waktu yang hampir bersamaan kita dikejutkan dengan hembusan rumor, yang berkaitan dengan kesiapan dan pemberangkatan atlet ke Olimpiade  London, serta penyiapan sarana prasarana PON XVIII Riau. Dari London sayangnya kita harus menggigit jari walaupun tidak sampai putus. Sedangkan untuk PON XVIII di Riau, kita masih harus menunggu dengan waswas, apakah keinginan 33 provinsi berikut para pengurus besar cabang olahraga untuk merayakan pesta olahraga empat tahunan bisa tepat waktu dan lancar, walau hanya dengan cara minimalis-optimal sekalipun.

Apa mau dikata, rupanya kita memang terpaksa harus sering menerima satu keadaan di mana kita ini seolah-olah adalah orang miskin beneran, sedangkan di balik itu semua sebenarnya pemerintah telah menyiapkan dana yang cukup untuk semua keperluan, termasuk olahraga. Masalahnya adalah bagaimana menjaga, mengawal dan mengarahkan agar dana itu mengalir sesuai keperluan dan peruntukan serta prioritas.

Mungkin tidak ada salahnya bagi kita untuk mencontoh keberhasilan tetangga kita seperti Cina dan Thailand dalam mengurus Negara secara keseluruhan dan khususnya olahraga. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan maka kita harus mengakui bahwa perkembangan olahraga Cina memang sangat spektakuler, sementara prestasi Thailand juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Konon, salah satu penyebab keberhasilan Cina yang begitu dahsyat adalah keberpihakan dari semua stakeholdersyang diwujudkan dengan komitmen untuk menjadikan ‘olahraga sebagai kebanggaan bangsa’. 

Selanjutnya, berilah kesempatan dan dukungan penuh kepada organisasi yang paling kompeten dan paling bertanggung jawab terhadap maju mundurnya olahraga, yaitu Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)  yang sesuai amanat Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional  bertugas mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga serta melaksanakan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi. Bila tidak demikian, maka jangan salahkan kalau bukan bulutangkis saja yang akan terpuruk di kemudian hari,  tatapi juga cabang-cabang lainnya, termasuk kegagalan  kontingen kita dalam misi mempertahankan supremasi juara umum Sea Games 2013 Myanmar.

Abdul Aziz Manaf (Kabid Humas dan Media KONI Pusat)
(Sumber dari Go Sport edisi Selasa, 28 Agustus 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar