OLAHRAGA telah terbukti mampu membangun
karakter bangsa serta menjadi alat perekat demi semakin kokohnya persatuan dan
kesatuan. Olahraga juga mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa. Karena
keberhasilan atlet kita meraih medali emas pada kejuaraan olahraga di luar
negeri pulalah, sang saka Merah Putih dapat dikibarkan secara resmi di
sana.
Olimpiade London 2012 usai sudah, dan
hasilnya sebagaimana kita ketahui negara-negara adidaya masih bercokol
mendominasi singgasana sebagai kampiun penyabet medali terbanyak. Sementara
itu, keberhasilan yang mampu diraih oleh negara-negara dari kawasan regional
Asia Tenggara, seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, masih sangat jauh
dari kisaran sepuluh besar. Negeri kita tercinta Indonesia yang notabene
adalah pemegang supremasi gelar juara umum pada pesta olahraga SEA Games 2011
yang baru lalu, masih belum mampu berbuat banyak. Kita hanya kebagian 1 medali
perak dan 1 perunggu dan berada pada urutan ke-63 dunia, jauh di bawah
prestasi tetangga kita Thailand yang berada di peringkat ke-57.
Dengan kondisi geografi dan demografi
serta kekayaan yang melimpah, sebenarnya sangat tidak pantas bila dalam bidang
olahraga, kita kalah bersaing dengan negara-negara lain, terutama negara-negara
tetangga dekat kita satu kawasan. Sejak tahun 2000-an seiring dengan kemajuan
luar biasa yang dicapai oleh Cina (termasuk prestasi olahraga), kita hanya bisa
terkesima. Kita juga hanya bisa tercengah manakala para atlet Negara tetagga
kita Thailand mampu mengungguli prestasi atlet kita, baik di Asian Games maupun
Olimpiade.
Entah secara kebetulan atau tidak,
selalu saja setiap kali kita melakukan persiapan penyelenggaraan olahraga
seperti PON, SEA Games dan Olimpiade, selalu menuai permasalahan yang cukup
menghebohkan. Masih lekat dalam ingatan kita betapa hingar bingar
tuduhan yang dtujukan kepada panitia dan Pemda Sumsel dalam penyiapan
penyelenggaraan Sea Games 2011, beruntung kita berhasil keluar sebagai juara
umum. Setelah itu dalam waktu yang hampir bersamaan kita dikejutkan dengan
hembusan rumor, yang berkaitan dengan kesiapan dan pemberangkatan atlet ke
Olimpiade London, serta penyiapan sarana prasarana PON XVIII Riau. Dari
London sayangnya kita harus menggigit jari walaupun tidak sampai putus.
Sedangkan untuk PON XVIII di Riau, kita masih harus menunggu dengan waswas,
apakah keinginan 33 provinsi berikut para pengurus besar cabang olahraga untuk
merayakan pesta olahraga empat tahunan bisa tepat waktu dan lancar, walau hanya
dengan cara minimalis-optimal sekalipun.
Apa mau dikata, rupanya kita memang
terpaksa harus sering menerima satu keadaan di mana kita ini seolah-olah adalah
orang miskin beneran, sedangkan di
balik itu semua sebenarnya pemerintah telah menyiapkan dana yang cukup untuk
semua keperluan, termasuk olahraga. Masalahnya adalah bagaimana menjaga,
mengawal dan mengarahkan agar dana itu mengalir sesuai keperluan dan peruntukan
serta prioritas.
Mungkin tidak ada salahnya bagi kita
untuk mencontoh keberhasilan tetangga kita seperti Cina dan Thailand dalam
mengurus Negara secara keseluruhan dan khususnya olahraga. Tanpa bermaksud
melebih-lebihkan maka kita harus mengakui bahwa perkembangan olahraga Cina
memang sangat spektakuler, sementara prestasi Thailand juga tidak bisa
dipandang sebelah mata. Konon, salah satu penyebab keberhasilan Cina yang
begitu dahsyat adalah keberpihakan dari semua stakeholdersyang
diwujudkan dengan komitmen untuk menjadikan ‘olahraga sebagai kebanggaan
bangsa’.
Selanjutnya, berilah kesempatan dan
dukungan penuh kepada organisasi yang paling kompeten dan paling bertanggung
jawab terhadap maju mundurnya olahraga, yaitu Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) yang sesuai amanat Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional bertugas mengoordinasikan induk
organisasi cabang olahraga serta melaksanakan pengelolaan, pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi. Bila tidak demikian, maka jangan salahkan kalau
bukan bulutangkis saja yang akan terpuruk di kemudian hari, tatapi juga
cabang-cabang lainnya, termasuk kegagalan kontingen kita dalam misi
mempertahankan supremasi juara umum Sea Games 2013 Myanmar.
Abdul Aziz Manaf (Kabid Humas dan Media
KONI Pusat)
(Sumber
dari Go Sport edisi Selasa, 28 Agustus 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar