Rabu, 29 Agustus 2012

Sosialisasi Sport Science Bidang Sport Medicien Manfaat FIT Dalam Aktifitas Olahraga


TAK banyak yang mengetahui aktivitas olahraga kususnya bagi atlet dan umumnya bagi masyrakat harus berpatokan dan mengacu kepada Frekwensi, Intensitas, dan Time (FIT). Ketiga mata rantai ini, tak bisa dipisahkan. Sebab selama kita beraktifitas semua organ tubuh pasti berfungsi, bukan hanya organ tubuh bagian dalam. Seperti jantung, paru-paru, dan organ lainnya serta sistem Neuromuskuler.

Seperti kita ketahui, jantung adalah motor dari sistem peredaran darah. Ia berguna untuk mengantarkan oksigen/zat asam dan hasil metabolisme ke seluruh tubuh yang vital. Selain itu, ia berfungsi membawa sisa metabolitan dari jaringan tubuh untuk diekresi keluar. Sedangkan Sistem Neuromaskuler bekerja menggerakkan anggota tubuh untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

Dengan demikian, organ-organ tubuh tersebut hanya bisa tumbuh, berkembang, dan menghasilkan tenaga/kekuatan jika mereka mendapatkan aliran darah dengan nutrisi yang cukup. Hal ini tidak ada pengecualiannya berlaku juga untuk jantung itu sendiri. Jika jantung dan organ-organ yang vital tidak cukup mendapatkan aliran darah seperti yang diperlukan, misalnya karena adanya penyempitan pembuluh darah, maka jantung dan organ-organ yang vital tidak bisa memenuhi fungsi/tugasnya sebagaimana mestinya.

Pada saat kita berolahraga, jantung dan sistem peredaran darah harus bekerja lebih banyak. Detak nadi semakin cepat, tekanan darah dan nutrien yang semakin meningkat di jaringan, dengan sisa hasil metabolitan yang banyak seperti asam laktat dan benda-benda keton. Perubahan ini terjadi ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat tetap. Dimulai dengan perubahan fisiologis dan dalam waktu yang relatif lama akan terjadi perubahan morfologis yang lebih konsisten.

Contohnya pada waktu dilakukan tes beban. Misalnya ergocycle, maka dari waktu tensi/tekanan darah nadi dari atlet yang diperiksa akan meningkat sampai terjadi Steady State, dimana nadi dan tensinya tidak meningkat lagi dan bebannya perlu ditingkatkan lagi. Umumnya setelah dua sampai dua setengah menit, sehingga pada waktu inilah dilakukan pengukuran tensi, nadi dan kalau perlu asam laktatnya. Sebelum peningkatan beban yang berikutnya.

Dengan demikian akan didapatkan kurva dari tingginya pembebanan, tensi, nadi, dan asam laktatnya yang bisa digunakan pelatih untuk memprogramkan latihannya. Setelah mengadakan koordinasi dengan tim pengendali pelatnas di dalam rangka SMEP (Sistem Monitoring Evaluasi dan Pelaporan). Bersambung

PERUBAHAN tersebut sifatnya sementara dan akan kembali seperti sedia kala (semula) dalam waktu yang relatif singkat (3 sampai 5 menit untuk tensi dan nadi, 15 sampai 30 menit untuk asam laktat) tergantung usia dan kondisi atlet yang bersangkutan. Selanjutnya, agar terjadi perubahan fisiologis dan morfologis yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi yang setinggi-tingginya dibutuhkan waktu yang lama, frekuensi dan intensitas yang tinggi yang berada dalam pelaksanaan FIT (Frekuensi Intensitas dan Time/Waktu).

Pada olahraga prestasi tingkat nasional maupun internasional, frekuensi yang dibutuhkan biasanya antara 11-14 kali/minggu. Sedangkan intensitas untuk kondisioning dengan sistem pembakaran terutama aerobik (cukup oksigen) dibutuhkan intensitas antara 75 -85 persen dari kemampuan maksimal, dan waktunya antara 60-90 menit. Untuk peningkatan Power Ausdauer dibutuhkan latihan dengan intensitas 85-95 persen yang berada dalam ambang aerobik dimana asam laktatnya sekitar 4 mmol/liter, dengan detak jantung 175-185/menit.

Sedangkan untuk peningkatan kapasitas anaerobik/stamina, intensitasnya diatas 95persen dengan sprint-sprint pendek. Waktunya antara 10-60 detik. Pembakaran terutama anaerobik, sehingga terbentuk akumulasi dan kadar asam laktat yang tinggi di atas 8 mmol/liter. Latihan ini dirasakan tidak mengenakan dan menyakitkan bagi atlet. Intensitas tersebut sangat membebankan sistem kardiovaskuler, dengan nadi dan pernapasan yang cepat. Zat gizi yang dibakar secara anaerobik (tanpa oksigen) dan sangat tidak ekonomis.

Karena dari satu molekul glukosa dengan pembakaran ini hanya terbentuk dua ATP dan jumlah asam laktat yang lambat laun akan terakumulasi dan dapat menimbulkan kelelahan. Sebab itu, olahraga yang dilakukan biasanya waktunya pendek seperti tersebut di atas. Sedangkan dengan pembakaran yang cukup oksigen (aerobik) akan menghasilkan ATP sebanyak 18-19 kali lebih besar yaitu 36-38 ATP. Sehingga proses latihannya dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lama.

Sehingga semakin tinggi intensitas yang dilakukan, semakin rendah waktu yang bisa dicapai. Perbandingannya 90 persen dengan intensitas sedang, 7 persen dengan intensitas yang tinggi, dan 3 persen dengan intensitas yang sangat tinggi. Jadi, dengan menggunakan variasi intensitas dan volume latihan yang relevan, maka program latihan bisa dijadwalkan. Demikian Tips yang disampakan semoga bermanfaat bagi Atlet dan masyrakat Indonesia.
 
Penulis :

DR. Dr.  Zainal Abidin, DSM, Internist, SPGK.
(Kabid Sport Science & IPTEK Olahraga KONI Pusat.
Dirut Rumah Sakit dan Sport Medicine Zainuttaqwa Kota Bekasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar